“Jika kamu iri terhadap apa yang diperoleh oleh orang
lain dengan cara yang tidak jujur, berarti hatimu masih berdebu” ( A-Liem Tan,
21/3/2024)
Alimmustofa.com - Sifat iri memang menjadi sifat alamiah manusia, sama
halnya dengan rasa senang, gembira, susah, marah, dendam, senantiasa
berubah-ubah dalam setiap waktu tergantung pada situasi seperti apa yang ditemui.
Dan itu tidak salah, karena sifat alami tersebut
melekat dihati manusia ciptaaan tuhan. Sifat kodrati ini hanya dimiliki oleh
makhluk yang namanya manusia, perubahan rasa di hati yang kemudian diwujudkan
dengan sikap dalam merespon keadaan tersebut sebagai bentuk suka, duka, riang ,
derita, marah, tertawa, semangat, putus asa. Itulah respon sebagai bentuk
perubahan hati /rasa yang timbul ketika melihat suatu peristiwa.
Akan tetapi manusia diberi kelebihan oleh tuhan dari
pada makhluk lainnya, yaitu akal pikiran dan nurani. Inilah yang kemudian manusia
disebut sebagai makhluk sempurna, yang ketika akan melalukan sesuatu tidak berdasarkan
insting, akan tetapi berdasarkan akal pikran dan nurani baru melakukan tindakan.
Kembali ke sifat iri, dalam konteks pemikiran positif
sifat iri akan menjadi baik jika kita melihat orang sukses, kemudian direspon
dengan sikap iri untuk meniru dan menjadikan keberhasilan orang tersebut
sebagai motivasi untuk meraih sukses. Tetapi akan menjadi buruk ketika respon
atas keberhasilan tersebut disikapi dengan iri dengki dan menjatuhkan
keberhasilan orang tersebut.
Sama halnya kiranya masih banyak orang iri ketika ada
orang mendapatkan sesuatu dengan cara yang haram atau dengan cara yang salah. Banyak
yang masih iri ketika temanya mendapatkan sesuatu dengan cara “ngentit”/mencuri dalam beberapa
kesempatan dari kedudukannya/jabatannya.
Jika itu terjadi menandakan bahwa hati kita masih
berdebu alias kotor, bukankah nantinya mereka sendiri yang akan bertanggung
jawab kepada tuhan.
Editor : Alim Mustofa