Alimmustofa.com - Tak biasanya Gemplo bersikap sangat bijak
dalam pidato dihadapan ratusan bawahannya yang sangat loyal. Padahal biasanya
Gemplo berkesan kritis, jenaka, jok-joknya menggelitik. Tidak salah jika orang
tuanya memberikan nama Gemplo, alias Generasi muda penuh logika, sikap kritis dan berfikir mendalam ketika menangkap
suatu fenomena sosial menjadi karakter dan ciri khasnya.
Kali ini Gemplo yang kebetulan menjabat
sebagai kepala suku tertinggi, akan mengakhiri masa tugasnya. Oleh sebab itu ia
mengumpulkan seluruh bawahannya dan pendukung setia, sebagai bentuk apresiasi atas loyalitas yang selama ini mereka tunjukan.
Dalam pidato politiknya, kepala suku
tertinggi yang mulia Gemplo menyampaikan beberapa pesan :
Yang Mulia Gemplo :
saudara sekalian, loyalis saya, pimpinan – pimpinan daerah, ketua-ketua adat,
tetua- tetua suku, yang saya cintai. Saya sangat bangga dengan loyalitas kalian
kepada saya. Tak diragukan lagi, kalian adalah orang-orang hebat dan mempunyai
kinerja yang nyata dan bermanfaat untuk wilayah kita.
Yang Mulia Gemplo meneruskan pidatonya : hampir satu dekade kalian
semua memberikan kontribusi yang hebat, hasil kerja yang membanggakan. Tapi waktulah berkendak lain, waktu menuntut dan membatasi amanah ini. Tidak adil jika kita
memaksakan diri untuk terus mempimpin, sementara rakyat dan sistem telah memilih kehendak
lain, yaitu menuntuk kita untuk menepati janji komitmen periodesasi kapala suku.
Masih meneruskan pidatonya yang mulia Gemplo menyampaikan : proses politik harus terus berjalan, sistem pemerintahan harus terus berlanjut, tidak boleh ada yang mengahalangi proses politik yang sedang berjalan. karena pembangunan wilayah suku kita ini harus tetap berlanjut untuk kemakmuran warga suku ini.
Menutup pidato politinya Yang
mulia Gemplo : oleh sebab itu, mulai
saat ini aku perintahkan kalian agar tidak memikirkan nasib saya lagi, kalian dengar semua …! (suara yang mulia Gemplo begitu berwibawa)
Bawahan : siap kami dengarkan yang mulia ….. ( serempak bawahan yang
mulia Gemplo menjawab tanpa ada yang berani membantah), suasana langsung hening.
Berbagai pertanyaan muncul dalam benak
bawahan yang bingung menangkap pesan sang mulia kepala tertinggi suku, akan
tetapi untuk bertanya lebih detail, jelas gak berani.
Diantara keheningan
suasana rapat, ada salah satu sahabat
yang mulia Gemplo tiba – tiba nyeletuk bertanya dengan wajah penuh keheranan,
rupanya si Pokel yang selama ini menjadi teman diskusi yang yang mulia Gemplo juga ada
diantara gedung rapat.
Pokel : yang mulia
, kalau mereka loyalis pendukung yang mulia tidak boleh memikirkan nasib yang mulia, mungkin yang mulia bisa menjelaskan maksud yang mulia, padahal mereka masih sangat loyal dan ingin mengadikan
diri mereka kepada yang mulia.(Sambil mengepalkan kedua tangan Pokel memohon maaf)… ampun
yang mulia mungkin saya terlalu lancang bertanya.
Mendengar pertanyaan dari sahabat
setianya yang mulia Gemplo tersenyum seraya berkata;
“ dengar kalian semua, loyalis, pimpinan
daerah, tetua adat dan semua yang hadir disini, waktuku tidak banyak untuk
menyelesaikan tugas ini, aku katakan sekali lagi, mulai saat ini JANGAN FIKIRKAN NASIB SAYA, AKAN TETAPI FIKIRKAN
NASIB ANAK SAYA … HE HE HE
SUASAN berubah jadi riuh tertawa sambil
menganggup anggup semua bawahan yang mulia Gemplo mengerti akan maksud pimpinan
tertinggi kepala suku ini. (*)
Catatan : ini hanya hasil
ngelantur imajinatif semoga tidak ada yang tersinggung.
Gemplo : Generasi Muda Penuh Logika
Pokel : Pokok e ngengkel.