Untuk memanfaatkan bonus demografi, Indonesia harus mampu meningkatkan sumber daya manusia yang masuk dalam usia produktif. Akan tetapi, Indonesia mempunyai tantangan yang besar dari sektor pendidikan. Padahal sektor pendidikan merupakan sektor pendukung terbesar dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Pada sektor pendidikan, Indonesia mempunyai tantangan dari segi mutu pendidikan, akses pendidikan, dan infrastruktur pendidikan. Dari segi mutu pendidikan, hasil belajar peserta didik Indonesia–seperti ditunjukkan hasil PISA, TIMMS, dan UN masih kurang dan tidak ada peningkatan yang signifikan selama 10 terakhir. Dari segi akses pendidikan, masih terdapat anak usia sekolah yang tidak sekolah terutama pada jenjang pendidikan menengah. Dari segi infrastruktur, kondisi infrastruktur sekolah belum sepenuhnya baik, masih terdapat sekolah yang mengalami rusak berat.
Berdasarkan rencana strategis tahun 2020 sampai dengan 2024, kementerian pendidikan dan kebudayaan mempunyai visi terbentuknya Sumber Daya Manusia Indonesia sebagai insan yang berkarakter dan sebagai sumber daya pembangunan yang produktif. Untuk mencapai visi tersebut, kementerian merencanakan untuk melakukan pemerataan pendidikan yang berkualitas. Salah satu rencana pemerataan pendidikan yang berkualitas melalui pendidikan berbasis STEM (science, technology, engineering, and mathematics).
Sejak awal abad ke-21, bidang matematika dan sains menjadi perhatian publik pendidikan di Amerika Serikat. Baru-baru ini, penekanannya pada pendidikan science, technology, engineering, and mathematics, yang dikenal dengan sebutan STEM. Pendidikan STEM akan membantu peserta didik mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk bersaing menghadapi pasar global. STEM merupakan reformasi pendidikan yang terindikasi telah berkembang menjadi salah satu fokus kebijakan pendidikan yang utama pada saat ini. Dalam pendidikan STEM, keterampilan dan pengetahuan bidanng STEM digunakan secara bersamaan oleh peserta didik sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM sehingga siap menghadapi dunia usaha/industri.
Apa itu STEM?
STEM bermula dari SMET, singkatan dari sciene, mathematics, engineering, technology. Pada 1990-an, National Science Foundation (NSF) menciptakan istilah tersebut untuk menekankan pentingnya empat disiplin ilmu yang berbeda itu. Akronim SMET diubah menjadi STEM untuk membantu mempromosikannya. Akan tetapi, masih banyak orang Amerika yang mengaitkan STEM dengan penelitian sel induk. Hal ini bisa menjadi masalah bagi orang tua karena harus sepenuhnya menyadarkan akan pengaruh jenis-jenis itu terhadap perkembangan anak. Bahkan banyak pendidik yang belum jelas apa itu pendidikan STEM. Nasional Science Foundation menjelaskan bahwa pendidikan STEM adalah tentang pentingnya menggabungkan keempat disiplin ilmu tersebut dalam komunitas pendidikan dan masyarakat luas. Akronimnya nampak ambigu, karena para pendidik menggunakannya untuk menggambarkan keterkaitan yang melekat antara empat disiplin ilmu, serta membuat kurikulum dan pedagogi yang menghubungkan empat disiplin ilmu secara bersama dalam satu ruang kelas. Di bawah ini adalah beberapa cara yang mungkin bisa digunakan untuk memahami STEM :
- Ø Sciene, mathematics, engineering, technology adalah bidang yang harus dikuasai oleh banyak pekerja di Amerika Serikat untuk menghadapi persaingan pasar global di masa depan.
- Ø Sciene, mathematics, engineering, technology secara inheren terkait dan karenanya akan menguntungkan bagi peserta didik untuk memiliki proyek nyata yang menjelaskan dan memanfaatkan keterkaitan empat bidang tersebut.
- Ø Tingkat pemahaman yang tinggi tentang bidang sciene, mathematics, engineering, technology adalah sumber pengetahuan penting untuk semua warga negara di masa depan, terutama bagi minoritas dan kelompok yang tidak memiliki akses masuk ke dalam empat bidang tersebut sehingga akan menghambat kemampuan mereka untuk menemukan pekerjaan yang memuaskan.
Secara umum, STEM memiliki dua tujuan utama yaitu tujuan di tingkat makro dan mikro. Di tingkat makro, sebagai pilar untuk memperkuat epistemologis dan kemajuan pragmatis dalam teknologi dan teknik bahwa negara butuh kedua bidang tersebut agar tetap kompetitif secara ekonomi di tingkat global. Pada tingkat mikro, agar setiap peserta didik memahami hubungan interdisipliner, tujuan, dan teknik yang ada pada kurikulum STEM, serta peserta didik menjadi kritis dan melek pada bidang STEM sehingga mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapannya.
Publiser : Alimmustofa.com